Friday, 29 April 2011

EKSPLORASI PERTAMBANGAN DIPEGUNUNGAN BINTANG

Oleh : Yulianus Ibinweng Uropmabin

(Maaf ,Hanya Sekedar Pemahaman Untuk kalangan orang Aplim-Apom yang memiliki hak ulayat dan Simpatisan)
Potensi kekayaan Alam dipapua seakan berlimpah rua disetiap titik,baik disepanjang Gunung,Pegunungan,Bukit,Lembah,Danau,Sungai,Laut Maupun pulau yang t
erkesan mendiami wahana kekayaan alamnya.Jangan heran bila setiap daerah dipulau besar ini ketika kita pandang seolah-olah terasa aneh dengan pemandangan nya .Begitu pula dengan Kekayaan Alam Pegunungan Bintang yang belum satupun digarap dan dikelolah demi kemajuan dan kemakmuran rakyat pegunungan bintang untuk menjadi Tuan diatas negrinya sendiri .
Daerah Pegunungan Bintang berbatasan dengan beberapa daerah atau wilayah,diantaranya : Utara berbatasan dengan Kabupaten Keerom,Selatan Berbatasan dengan Kabupaten Boven Digoel,Bagian
barat berbatasan dengan Kabupaten Yahukimo dan Bagian Timur Berbatasan dengan Negara Papua New Guinea.
Perusahan Pertambangan pada dasarnya merupakan Suatu Perusahan terbesar yang berskala Internasional ,yang mana system operasionalnya dikelolah secara internasional.Baik itu menyangkut ovservasinya,pembangunanya,Rekrutmen Karyawanya sampai dengan pemboman gunung,pengelolahan jenis kekayaan maupun system pengawasanya .
Perlu diingat bahwa Perusahan Pertambangan berskala Internasional selalu dan selalu saja mengalami permasalahan besar,terutama berkaitan dengan pihak hak ulayat .Berdasarkan pengalaman dibeberapa daerah,selalu terjadi permasalahan antara Pihak Perusahan dengan Pihak Hak Ulayat,karena pihak perusahan biasanya melanggar perjanjian semula.Pihak perusahan pada awalnya selalu mendengar dan seolah-olah sepakat dengan perjanjian dan tandatangan yang pernah dibuat bersama pihak hak ulayat.Namun tidak pernah lepas dari sejumlah masalah itu .
Masalah utama yang kadang terjadi adalah seperti :
1. Tidak Terakomodirnya anak asli Hak ulayat diperusahan tersebut karena memang kemampuan dan ketrampilanya tidak memenuhi standar kelulusan.terutama dibidang-bidang langkah atau terpenting,Belum lagi sumber daya Manusianya belum siap ,bahkan belum ada bila dilihat dari tingkat professional/jurusanya .Bahkan pengalan kerjanya .
2. Terjadi masalah karena penduduk asli tersebut dimarginalkan atau dipinggirkan karena memang sebenarnya belum siap untuk dibuka perusahan tersebut tetapi karena kepentingan oknum-oknum tertentu sehingga masyarakat setempat seakan menjadi penonton setia di negrinya/atau wilayahnya sendiri.Apalagi dilihat dari tingkat pendidikanya belum ada yang mencapai Profesor atau insinyur pertambangan .Dan ini sama saja sia-sia dengan kekayaan alam kita yang mau dibuka itu .
3. Permasalahn yang sering muncul adalah ,karena terjadi pencemaran lingkungan disekitar Pemukiman warga setempat maupun wilayah-wilayah terdekat yang berdekatan dengan sumber Perusahan tersebut
4. Kebanyakan Penduduk setempat yang belum siap dengan Sumber Daya Manusianya kadang menjadi barisan pengacau keamanan perusahan ,hal ini sisi lain terjadi karena merasa Perusahan tersebut berada didaerah dia tetapi dia merasa terpojok dan tidak diakui.Hal ini jarang kelihatan karena memang dia sendiri karyawan tetapi karyawanya seperti Tukang sapu,Satpam,Cleaning service/Pembersih ruangan ,penerima tamu,penjaga loket dll.
5. Terjadi pemberontakan kontak senjata dengan alasan tertentu karena merasa tidak puas dengan keberadaan perusahan tersebut dan tujuan utamanya adalah untuk menghabiskan atau membunuh Karyawan asing ,yang nota bene mempunyai kemampuan atas ketrampilan dan penguasahan managerialnya .
6. Terjadinya baku tembak antar pihak keamanan sendiri,terutama disepanjang perusahan dengan alasan tertentu demi penambahan uang atas pengamananya ,yang pada akhirnya berakibat pada warga setempat dengan dinamakan OPM dan segalanya untuk dibunuh .
Oleh Karena itu,berkaitan dengan uraian masalah-masalah tersebut diatas maka langkah –langkah yang harus ditempu sebagai solusinya adalah sebagai berikut :
1. Sumber Daya Manusia menjadi ukuran atas hadir tidaknya sebuah perusahan ,baik perusahan local,Nasional maupun Internasional dipegunungan Bintang.Hal ini sangat penting karena akan menentukan Penduduk asli atau pihak hak ulayat itu menjadi Tuan diatas Negerinya atau tidak .Bila tidak maka akan menjadi penonton setia untuk selama-lamanya sampai kapanpun atas keputusan sesaat itu .Berapa jumlah Sarjana/ Insinyur atau berapa Tahun pengalaman kerja menjadi ukuran awal bagi perekrutan tenaga kerja perusahan .Bila semua ini tidak maka sama saja kita buka peluang kerja untuk orang lain menikmati selama lamanya .
2. Perlu ada Perjanjian kerjasama atau (MOU) antara pihak perusahan dengan Pihak –pihak hak ulayat yang tergabung dalam wilayah pengoperasihan itu.Dan tidak boleh diwakili oleh kelompok-kelompok tertentu saja,karena sangat potensial akan terjadinya konflik internal antar kelompok / Marga-marga hak ulayat sendiri .
3. Perlu mempertimbangkan atas Dampak Lingkungan yang akan terjadi,terutama menyangkut limbah perusahan terhadap pencemaran lingkungan atas air minum,tempat tinggal sebagai sarang racun yang mengarah pada kualitas hidup warga sekitar yang tidak pasti .
4. Perlu ada Kesepakatan bersama antara pihak perusahan,pihak Hak ulayat dan Penduduk atau wilayah –wilayah yang berbatasan dengan perusahan tersebut karena dampaknya akan mengarah ke wilayah wilayah tersebut .
5. Jika Masyarakat sadar dan merasa belum siap maka perlu ada Penundaan terhadap operasinya Perusahan Tersebut paling lama 7 s/d 10 Tahun untuk mempersiapkan Tenaga Sumber Daya Manusia Aplim Apom atau terutama anak dari daerah hak ulayat tersebut untuk menyelesaikan studi ditingkat atau jurusan-jurusan pertambangan yang dibiayai perusahan tersebut untuk kembali dan bersama-sama membuka perusahan tersebut agar tidak terjadi permasalahan yang berlebihan/signifikan .
6. POIN 5 diatas sangat penting karena perlu menciptakan 5 s/d 10 sarjana atau minimal insinyur untuk menjadi daya saing dalam penempatan dan posisi kerja dalam perusahan tersebut ,agar tekanan atau ancaman masyarakat setempat terhadap keamanan dan keselamatan kerja karyawan serta stabilitas perusahan tersebut tidak terganggu .

Akhir kata,penulis menyadari bahwa sepangkal tulisan ini HANYA menjadi acuan untuk didiskusikan bersama dalam persiapan menjelang eksfloitasi dan eksflorasi pertambangan diwilayah tercinta kita,Negeri Aplim-Apom.

ACUAN PERTANYAAN :
1. Apakah sdra termasuk org /Manusia Aplim –Apom ? dan mengapa anda menjawab seperti itu ?
2. Setelah membaca sepangkal tulisan diatas,menurut sdra.Apa yang dimaksud dengan pertambangan( yang muncul dlm bayang-bayang pola pikirmu) ? Mengapa ?
3. Setelah sdr/I menjawab pertanyaan nomor pertama dan kedua diatas ,apa yang sebenarnya didahulukan dlm kaitanya dengan pertambangan tersebut ?
4. Menurut pandangan saudara,apa yang harus didahulukan antara Ilmu dan Uang ? mengapa ?
5. Dlm kaitanya dengan penyelenggaraan pemerintahan didaerah pegunungan Bintang,langkah apa yg harus ditempuh oleh pemerintah Daerah Pegunungan Bintang dlm menanggapi kehadiran atau tawaran Perusahan besar seperti Pertambangan ,perindustrian dan lain sebagainya . Apa tanggapan sdra ? bagaimana ? siapa yg harus berperan ? kenapa ?
6. Jikalau semuanya demikian .apa tugas anda dan mengapa ?
SELAMAT MEMBACA, SELAMAT BERPIKIR DAN SELAMAT MENJELASKAN .SEMOGA BERMANFAAT BAGI KITA SEMUA

Saturday, 9 April 2011

DISCO,DANCE,YOSPAN,YOSIM vs OKSANG, BAR

Orang dan Tanah Aplim Apom sejak penciptaan dan persebarannya oleh Allah diberikan semua kekayaan yang diperlukan untuk melangsungkan kehidupannya di dunia ini. Mulai dari makanan, pakaian, teknologi, bahasa, tarian,pola perkampungan dan msh banyak unsur hidup lainnya. Dalam tulisan singkat ini saya ingin sedikit menyoroti seni budaya terutama Tarian dengan segala akibat yang ditimbulkannya. Namun sebelumnya saya mengajak kita sidang pembaca sekalian yang budiman untuk sejenak mendarat di tanah/pulau Deawata, Bali. Mengapa saya mengajak kita sekalian menyusuri lautan samudera menuju pulau eksotis ini? Disana, kita diajari bukan dengan lisan semata melainkan lewat tindakan nyata bagaimana Adat, Budaya, Seni dan Agama dikolaborasikan tanpa menghilangkan inti/dasar nilai2 yang termaktub didalamnya. Unsur-unsur tersebut dipersatukan lalu dimanfaatkan secara bertanggungjawab sehingga mendatangkan manfaat POSITIF yang besar bagi kehidupan orang Bali saat ini. Nilai-nilai kearifan lokal tidak digeser oleh arus teknologi informasi yang makin gencar padahal telah ratusan tahun pengaruh luar masuk di pulau dewata ini. Pengaruh luar yang masuk baik dari orang asing ( Barat, Asia,Amerika dan Afrika) serta orang Indonesia lainnya tidak membuat orang Bali lupa daratan, tidak udik akan hal baru, bahkan 90% wanita Bali hanya menikah dengan Pria Bali, membuktikan bahwa mereka menjunjung tinggi Budaya, adat dan agama yang mereka yakini itulah yang terbaik bagi hidupnya. Mereka tidak silau dengan musik hip hop, fast food, dance, tarian jawa, batak atau pun tarian lain. Justru tarian daerah mereka diangkat dalam setiap kesempatan yang dianggap perlu. Dan itu tidak salah sebabhal itulah mengundang masyarakat internasional semakin menggandrungi pulau ini. Selain keramahan orang Bali dan aset wisata alam yang dimilikinya. Sungguh suatau teladan luhur yang patut kita jadikan contoh. Mari kita kembali menapak tilas menuju ketinggian gunung Alpim Apom yang kita banggakan. Kita semua mengetahui bahwa agama dan pemerintah telah masuk di tanah Aplim Apom puluhan tahun silam. Namun jauh sebelumnya tanah ini sejatinya memiliki pola hidup dengan segala kekayaan khasnya. Untuk suku Ngalum, Oksang dan Bar merupakan seni tari sakral yang diselenggarakan dengan berbagai maksud. Sejak dahulu kala, kedua tarian tersebut diadakan tidak pernah menimbulkan persoalan sosial seperti perselingkuhan, perbuatan maksiat dikalangan remaja, sebagai ajang pencarian jodoh semata. Namun lebih luhur dari pada itu, dimana dengan media ini pula orang Ngalum meminta kesuburan hasil pertanian dan peternakan serta kesehatan yang baik bagi manusia Ngalum. Pencarian jodoh merupakan efek positif lain yang terjadi saat itu. Ketika terjadi persoalan tidak diselesaikan dengan "uang" melainkan bertanggungjawab atas tindakannya, mereka amat menghargai harkat dan martabat wanita Ngalum. Ingat bahwa saat itu belum ada agama dan pendidikan. Dalam momen ini pun terjadi hubungan persaudaraan yang lebih erat antar-kampung. Pola hidup luhur itu kini tidak akan lagi kita alami, temui atau bahkan kita dapatkan. Mengapa? Pengaruh luar yang telah masuk dan diadopsi keliru oleh generasi penerus Aplim Apom sekarang, merubah/memupuskan segala harapan leluhur Aplim Apom. Dimana-mana diadakan acara goyang (disco) yang merupakan bawaan dari Negara PNG, Dance ( dari barat), Yospan dan Yosim ( dua terakhir dari pesisir pantai). Semua tarian di atas dianggap paling "OK" dan menguntungkan, selanjutnya dianggap sebagai simbol modernitas seseorang. Pertanyaannya, apakah memang demikian? Fakta mencatat setiap penyelenggaraan tarian di atas selalu melahirkan persoalan baru yaitu persoalan sosial yang merugikan semua pihak.

Oksang dan Bar tidak pernah memberikan persoalan serupa. Dan ketika persoalan sosial terjadi maka " diatur aman " dengan uang. Bukankah harga diri

lebih penting dari pada segepok uang seberapa pun besarnya ikatan duitnya?? Orang Ngalum kini mendewakan duit sehingga tubuh pun dijadikan media sebagai penambang duit yang amat menggiurkan. Tidak heran jika, orang luar menilai kita orang Ngalum sebagai manusia punya harga diri rendah, murah bahkan tidak punya sama sekali. Ada agama yang menganggap adat dan budaya sebagai ajaran sesat yang mesti ditinggalkan secara utuh, namun apa yang terjadi kini? Kemerosotan moral, etika dan falsafah hidup hancur berantakan dimana-mana di atas Tanah Ngalum, sebab sanksi agama tidak tegas dan mengikat sehingga orang bebas bertindak. Aturan pemerintah tidak menjaungkau jauh kedalam hati setiap orang dan lembaga pendidikan pun gagal membentuk etik dan moral peserta didiknya sebab melulu mengejar profit di atas segalanya (jauh dari tujuan pendidikan itu sendiri) tentunya. Jika sudah demikian, masih adakah kita mendewakan tarian-tarian dari luar tadi sebagai pembawa perubahan yang menguntungkan, membanggakan, memberikan kita label modernitas sejati bagi kita? Memberikan keuntungan materil dan immateril? Kalau hanya dijadikan sebagai hiburan, di dunia ini tidak adakah jenis kegiatan lain yang dapat menghibur selain tarian-tarian tersebut?? Memang pilihan ada pada setiap pribadi orang, tapi hendaknya buka cakrawala berpikir dan melihat apakah tarian ini memberikan kita lebih banyak sisi positifnya atau negatif justru lebih mendominasi.............

BE WISE PEOPLE OF APLIM APOM, BE THE FUTURE WITHOUT LEAVINGING YOUR OWN CULTURE

Penulis

Sostenes Omkular Uropmabin

Dinas Pariwisata Kab. Pegunungan Bintang

Sunday, 6 March 2011

KEMUNAFIKAN PEMIMPIN DI KABUPATEN PEGUNUNGAN BINTANG

The next are most of public understanding about regencies who was present. Ada beberapa ide yang muncul dalam pemikiran saya, dan saya tidak bisa tahan untuk menuangkannya dalam kertas;

Pertama, kehadiran sebuah kabupaten yang dimengerti oleh masyarakat adalah akan ada perumahan-perumahan rakyat yang baru, adanya jalan-jalan besar serta kendaraan yang dikiranya akan memudahkan segalah aktivitas masyarakat sehingga dengan mudah memasarkan hasil usahanya, padahal kasihaaan… masyarakat kam epen kah…? I, m a big boss gitu loooh…

Kedua, adanya pemahaman bahwa dari yang hidup telanjang atau (traditional to be modern) (koteka dan cawat) diganti dengan celana dan rok atau blus sama seperti daerah lain di Papua. Saat kehadiran Kabupaten, di kira hidup serba ada serta akan hidup bebas dari sakit penyakit, padahal tidak nieh….justru membuat massyarakat menderita. Namun sayang, masyarakat sendiri juga tidak mengerti kalau Pemerintah Kabupaten Pegunungan Bintang (BIG BOSS) ada sedang menjajahi masyarakat dengan berbagai cara di setiap aspek pembangunan baik di kursi DEWAN, BUPATI yang sangat terhormat maupun para KA.BAG dan KA, DINAS yang hanya ingat kampung tengah yang dimilikinya tanpa melihat orang lain yang sedang menderita dibawah kesombonganya. Sepo wengsep edo ne wenga pe (do you hear my talk)? Memikul bayi kembar tiga, sementara dia sendiri juga tidak sadar kalau dirinya juga sedang diatur oleh system.Ingat loh tanah Aplim Apom tuh…. Tanah yang diberkati oleh leluhur, please dhe jangan macam-macam yah,,,,! OK? BOSS, sepo wengsen depen yeptan seme. Please listen and handle this by well and I hope u have long life.

Ketiga adalah sejumlah cara dari bapak-bapak DEWAN selaku penentu kebijakan dan sejumlah pejabat dengan satu tujuan yaitu mengisi kantongya sampai full dan ini sekaligus merupakan VISI dan MISSI pejabat yang boleh dikatakan merupakan ajang perlombahan merebut record pocket teringgi diantara para pejabat itu sendiri, or WE CAN SAY BIG BOSS MONEY GAME you know if we see for the realities, what I say is so true gituloh?. Begitu APBD dianggarkan dan dicairkan langsung DEWAN bagi-bagi proyek hanya untuk kantong sendiri, kerja tidak dengan hati, asal dapat KULIT KAYU BESI katanya.
Daripada di sekitar pinggir itu saja ditimbun tanpa ada penambahan badan jalan, padahal makan dana sekitar RP 6 Milyar loh? Nah dari sini bisa kita tahu secara langsung bahwa tingkat kepercayaan masyarakat terhadap pejabat putra daerah kayaknya tipis loh so please don’t be hope for getting lazy sofa again, because if Writer not wrong masyarakat akan melihat bukti yang ada di lapangan when anda menjabat , kaliii…ABO? dalam hati yang penuh dengan Lumpur dengan memberikan sedikt bukti yang membuat masyarakat bangga terhadap perbuatan omong kosongnya itu (Tai goreng lebih bagus darpada hati yang demikian) sebagai suatu bukti bahwa dewan yang terhormat telah gagal dalam pembangunan dewasa ini adalah.

Berikut kegagalan DEWAN terhormat yang pegang proyek

Pertama, jalan menuju Yapimakot yang seharusnya bisa diselesaikan dalam waktu 2 minggu tetapi sampe dengan hari dimana saya tulis tullisan ini belum pernah jadi-jadi hanya kumpulkan tanah dari luar lalu timbun sehingga kelihatan bentuk badan jalan, padahal kalau dilihat itu padat karya yang dulu masyarakat kerja.

Kedua, jalan dari bandara menuju kantor Bupati maupun disekitar Ibukota Oksibil, yang sampai hari dimana saya tulis tulisan ini belum pernah diperhatikan padahal kalau omong-omong masalah dana itu ada sekitar RP 2 Milyar loh? Dimana dana tersebut pergi? Yang jelas bung kembar tiga yang masukan dalam kantong sebagai hasil kemenangan game antar mereka sendiri, bukan tukang aspal jalan atau siapaun yang pernah ikut terjun dalam keraja tersebut, mereka hanya ikut kerja yang penting dapat uang berapapun jumlahnya karena mereka tahu hanya melakukan yang diminta dari pimpinan.

Ketiga, PT PAPUA AVIATION ( DUS 7 dan DAS 8) yang katanya sih mau melayani masyarakat Pegunungan Bintang namun pelayananya belum maksimal sampai dengan hari ini sehingga masyarakat kebanyakan selalu mengeluh. Padahal saat Pelita Air tiba, masyarakat menyambutnya dengan gembira sementara kru dan karyawan Pelita Air sedang tertawa terbahak-bahak. Waktu itu masyarakat senang karena kelihatanya akan bagus dan ada subsidi di pesawat ini yang akan diberikan oleh pemerintah; padahal, untuk siapa itu subsidinya? Bukanya untuk putra daerah?Kayaknya saya lihat putra daerah tidak sampai 10%, itukah yang disebut amanat otonomi khusus bagi Provinsi Papua? Sampai dengan hari ini belum ada PERDA tentang penurunan harga tiket pulang pergi Oksibil. Sehingga patokan harga Jayapura-Oksibil yang di patok sendiri 1,5 juta. Dengan harga barang perkilo yang sangat mahal dibandingkan dengan pesawat lain, 22500/Kg. Eh kam mau tau ga? PELITA AIR tu dapat anggaran dari PEMDA juga loh. Mau tau berapa? Begini sobat mereka itu dapat siwol sebayak RP12 Milyar per tahun jadi satu bulan dapat 1 M, itu hanya satu kali penerbangan,belum lagi flight ke 2,dan 3, jadi sudah begitu tetapi masih mahaaal lagi. Nah jelaskan? Ini pasti ada permainan GAME oleh orang-orang tertentu yang masih belum puas dengan apa yang menjadi haknya. Berpikir hanya untuk mengennyangkan dirinya saja.(pikiran anjing lebih bagus daripada orang ini punya pikiran). Sobat ko tidak sayang kah sama kopu masyarakat yang masih tertinggal?Apa anda tidak merasa berdosa kalau bohongi Masyarakat? Aeh dosa bisa bayar mo kan uang saya bayak di ATM! Sangat sedih kalau orang di luaran sana bilang Pegunungan Bintang Masih Belum Maju Dan Masih Ketinggalan.

Keempat, KUNJUNGAN KETUA DPR dan rombonganya ke Kabupaten Yahukimo. Ngapain anda disana?Apa yang anda mau dapat dari sana, kamu dua sama-sama kabupaten pemekaran baru mo sama saja, kesana hanya baku tipu sampai mulut berbusa juga tidak akan dapat sesuatu, namun yang pasti wasting money! Ga usa deh kenapa tidak berkunjung ke Israel saja biar Suci sekalian.

I hope the People of Star Mountain Regency know about this and understand what does it’s means by, because if we know the developing of the lately is road to NATIONAL ELECTION. Why this visited is not done by before time or at the first time? It’s my questions. I would like to say to those who will be LEADER of the House of Representative, in next period they have to know by well about how to managed a Government road to the top of success and developing of HUMAN RESOURCES.

Salam horamt…..!!

Written by: MenuQ Un@R, mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris, UNCEN
kirim kritik ke : menuqunar2009-@yahoo.com

KESIAPAN SDM MERUPAKAN SUATU TOLAK UKUR PEMBANGUNAN DAERAH

BAGAIMANA DENGAN PEGUNUNGAN BINTANG?

MEMBANGUN ATAU SEKEDAR CARI UANG?

Kata orang bahwa terakhir kali para misionaris menginjakan kaki mereka tepatnya di Oksibil yang sekarang merupakan ibukota Pegunungan Bintang. Mungkinkah Oksibil merupakan ujung Bumi yang di maksudkan Tuhan Yesus ketika pengutusan injil-Nya kepada para murid untuk mewartakannya ke seluruh Dunia? Ini adalah sebuah misteri yang harus dikaji oleh seluruh elemen masyarakat ilmiah yang terkait.
Inilah sejarahnya: ketika manusia Ngalum-Kupel diperkenalkan oleh misionaris tentang sebuah dunia baru yang sungguh mereka tidak kenal, mereka dengan cepat menyesuaikan diri dengan dunia tersebut. Dengan pendekatan antropologis yang baik serta adaptasi para misionaris, manusia Ngalum-Kupel yang kebanyakan berwatak melankolis ini berhasil mempersatukan kepercayaannya.
Dengan bantuan Roh Kudus, para misionaris berhasil masuk hingga seluruh pelosok. Demi mewujudkan misinya, mereka segera buka sekolah-sekolah dan menyekolahkan lebih dari 50-100 anak putra daerah. Disini, SDM anak daerah benar-benar diperhatikan. Pembaca boleh bertanya kepada orang-orang tua sekarang yang ada di Pegunungan Bintang tentang bagaimana pendidikan yang mereka dapatkan dari para misisonaris.
Sekarang mari kita buka mata lebar-lebar….dan melihat apa yang terjadi dengan pendidikan di Pegunungan Bintang sekarang. Penulis berharap tidak untuk daerah Papua lain. Dan sangat berharap juga supaya siapapun dia yang berasal dari Pegunungan Bintang yang berbagngga dengan mengatakan bhawa akan menjadi bintang-bintang di antara sesama Papua, apalgi dengan orang luar Papua…Jangan ya… Mengapa??
Kita buka mata lagi dengan lebar-lebar. Untuk mengisi pembangunan yang ada, kita terpaksa dengan paksa memaksakan para lulusan SMA untuk tes CPNS. Kita menempatkannya seadanya. Dengan kemampuan yang seadanya. Dengan ketrampilan yang mungkin sangat minim. Dengan kecekatan yang mungkin begitu membingungkan. Hal itu mungkin kita bisa maklumi dengan mengatakan bahwa lama-lama akan menjadi biasa dan lancar. Atau yang menyeleksi tes CPNS berijazah SMA juga? Okelah kita katakana seperti itu untuk sementara. Kog? Ya tidak bisa dipungkiri lagi sebab seperti itulah adanya sekarang. Bagaimana dengan lulusan yang berijazah SMP atau SD? Apa kontribusi mereka unutuk pembangunan? Ide apalagi untuk menciptakan hal yang baru bagi pembangunan? Maaf jika ini seperti meremehkan? Jikalaupun apa perasaan pembaca kepada penulis, pasti penulis hanya diam dan minta bukti.
Pada tahun (tahun2009) ini porsi PNS yang akan diterima di Pegunungan Bintang adalah sekitar 400an. Orang-orang ini dari mana lagi??? Lagi-lagi pemaksaan akan terjadi di sini. Sebab apa? Putra-putri Peg.Bintang yang sementara di bangku kuliah dipaksakan untuk tes CPNS. Sekali lagi, cara ini bukan hanya memajukan pembangunan tetapi sebaliknya, mematikan saraf-saraf pembangunan yang sementara jalan.
Terus bagaiman kita memajukan daerah ini dengan kesiapan SDM yang mantap? Ada yang bilang, jika belum ada kesiapan SDM yang manatap, kenapa mekarkan jadi sebuah Kabupaten? Apakah ini adalah sebuah sundulan politik SBY? May be…
Setelah kita merenungkan bagaimana akan jadinya pembangunan Kabupaten Pegunungan Bintang kedepan yang hanya jika terisi oleh PNS berijazah SMA, kita akan lihat lagi ke jenjang fatal berikut….
Menjelang pemilu 2009 ini, kembali anak berijazah SMA berkampanye dari kampong ke kampong dengan kata-kata yang sedikit menggarami masyarakat. Dengan sangat percaya diri dan dengan sangat tidak mengerti tentang apa yang dikatakan kepada masyarakat, maju bertenteng ijazah SMA dan bingung. Ya, sangat bingung dengan CALEGnya, dari manapun partainya. Hanya bermodalkan anak daerah, maju dengan senyum penipuan di hadapan masyarkat dan bermuka serius sambil sapu tangan di sebelah tangannya.
Inikah yang akan merubah wajah Pegunungan Bintang menjadi tempat banyak bintang bertaburan? Atau ini hanya karena motivasi uang? Jangan- jangan ini adalah signal awal untuk Pegunungan Bintang yang akan menjadi krisis kepemimpinan di tanah Papua?
Sekali lagi kesiapan SDM yang model ini tidak akan merubah wajah kabupaten Pegunungan Bintang secara benar.
Beberapa masukan penulis: Pertama, anak asli Alim Apom yang punya ijazah SMA hendaklah selesaikan kuliah minimal S1 sebelum tes CPNS. Yang kedua, minimalkan punya sertifikat bahasa inggris atau pengetahuan computer selama masa pendidikan S1 di bangku kuliah. Ketiga,budayakan apapun yang didapatkan di bangku kuliah dapat diterapkan di masyarakat. Keempat, punya pengalaman minimal dua atau tiga tahun sebelum memutuskan menjadi CALEG ataupun kursi apapun yang diperebutkan. Kelima, jangan pernah berjuang untuk kepentingan sendiri dengan menipu masyarakat dan jangan pernah merencanakan sesuatu yang jahat dibalik ambisi anda. Keenam, bagi para guru supaya selalu mengikuti kurikulum yang ada tetapi dengan pendekatan antropologis serta spikologis anak Aplim Apom, untuk bisa merubah kurikulum umum menjadi khusus bagi Pegunungan Bintang.
Mudah-mudahan ini menjadi suatu batu loncatan bagi PNS lama maupun yang baru, untuk merubah wajah Pegunungan Bintang menjadi lebih baik.

Ide Yesang saat mahasiswa, 2007

Saturday, 5 March 2011

PEMEKARAN

PEMEKARAN DISTRIK DI KABUPATEN PEGUNUNGAN BINTANG MEMBUKA PELUANG PENDERITAAN RAKYAT

Tujuh tahun yang lalu ketika bapak Welington Wenda ditetapkan sebagai bupati penuh untuk memimpin tanah Aplim Apom, ketika itu terjadi pemekaran di mana-mana. Distrik Okyop dimekarkan, distrik Pepera dimekarkan, distrik Aboi dan beberapa distrik lainnya. Pada awalnya disambut baik oleh masyarakat setempat dengan sangat gembira. Namun ketika dua tahun kemudian masyarakat semakin menderita. Mama-mama semakin sulit untuk mendiamkan tangisan anaknya. Tiga tahun berjalan, tidak ada perubahan. Bapak-bapak masih seperti dulu lagi, masih harus pergi kerja dari pagi sampai sore di kebun. Anak-anak umuran sekolah banyak yang berkeliaran, sebab pendidikan di distrik-distrik kurang tertata baik oleh kepala distrik dan jajarannya.
Berbagai distrik yang dimekarkan selama enam tahun yang lalu belum membawa hasil yang baik seperti yang diharapkan oleh masyarakat. Distrik Pepera misalnya, belum ada bentuk infrastruktur yang nyata di lapangan. Perkantoran distrik dan perumahan distrik serta perumahan untuk PNS lain seperti guru, dokter, mantri dan suster, belum juga ada. Apakah ini yang dinamakan sebuah distrik (kecamatan)???

Yang harus di lihat oleh para pengambil kebijakan seperti bapak-bapak DPRD, SEKDA serta BUPATI dalam hal pemekaran adalah melihat kesiapan (jumlah) SDM putra daerah setempat. Selama belum ada sarjana-sarjana yang muncul dari daerah yang mau dimekarkan, maka SEKDA, BUPATI dan DPRD mempunyai tugas dan wewenang untuk menyampaikannya kepada masyarakat setempat walapun mereka menyambut kehadiran distrik di tempat mereka. Walaupun mereka senang, mereka tidak tahu sebenarnya mengenai kehadiran districk.

Padahal di mana-mana, ketika masyarakat mendengar kampung-kampung mereka dikatakan menjadi sebuah distrik, mereka sangat gembira hingga mengorbankan hewan ternak mereka untuk berpesta. Apalagi jika kepala distrik yang ditunjuk oleh DPRD atau SEKDA mendatangi kampung mereka, semua masyrakat berkumpul menyambutnya dengan berbagai tarian dan mengorbankan ternak serta kekayaan mereka untuk berpesta pora. Ini adalah sebuah pembodohan yang dilakukan oleh para pemimpin di Kabupaten Pegunungan Bintang. Terakhir, saya mau bilang bahwa sadar atau tidak, pemekaran merupakan sebuah pintu masuknya kepenuhaan.

Sumber : Ide Yesang saat mahasiswa, 2007

Wednesday, 2 March 2011

PERGESERAN KEHIDUPAN SEX DAN PERNIKAHAN DI APLIM APOM

"Keluargaitu adalah pemberian Tuhan yang paling indah dalam kehidupan manusia dimana kita bisa mengasihi dan di kasihi...setelah sekian lama menikah, arti keluarga bagi saya adalah harta yang paling berharga, mutiara yang tiada tara dan puisi yang paling indah" Mr. Calvin Kalalo

Budaya sex dan pernikahan orang Aplim Apom menghilang dengan sangat cepat. Dulu, pasangan calon suami dan istri belum ketemu sebelum dipertemukan (dinikahkan), bahkan belum pernah baku lihat walaupun di dalam satu perkampungan. Tidak ada istilah pacaran di zaman dahulu di Aplim Apom. Para orang tualah penentunya. Merekalah yang menentukan kedua pasangan akan hidup layak sebagai suami-istri setelah melihat segala kesanggupan pasangan ini secara berbeda. Walaupun demikian, kedua pasangan ini sangat menghormati pernikahan sehingga hidup penuh kasih sayang dan bahagia. Pada zaman ini, orang Aplim Apom ( Pegunungan Bintang) percaya bahwa sex adalah sesuatu yang sangat nikmat dan membawa suatu kepuasan. Sex diberikan langsung oleh Atangki ( Tuhan) untuk digunakan oleh manusia pada tempat dan waktu yang tepat, yakni saat perjanjian pernikahan dilangsungkan.

Budaya barat sangat berbeda dalam sex dan pernikahan di daerah mereka. Gaya hidup dan cara kepercayan agama mereka yang kerapkali mengikuti trend technology membuat kita kadang salah menerjemahkannya. Pada umumnya mereka harus mengenal antara satu sama lain ( bahkan hidup bersama dalam serumah) kurang lebih 6-7 tahun lebih sebelum memutuskan menikah. Mereka harus mempertimbangkan banyak hal seperti; keuangan, sex(sexual dysfunction = gangguan kelamin), character, umur, level pendidikan, agama, dan keinginan memiliki anak. Hidup bersama dalam serumah (bukan berarti pacaran) dengan alasan untuk mengurangi biaya rumah. Budaya pacaran orang Barat berbeda pula, mereka bisa berganti pacaran dengan sepuluh orang bahkan lebih dalam setahun. Hal positifnya yaitu pacaran tidak sama dengan sex bagi mereka.

Orang Aplim Apom salah mengodopsi kebiasaan budaya Barat. Anak muda masa kini bahkan belum tahu sama sekali kebiasaan pernikahan yang berlangsung puluhan tahun lalu di Bumi Aplim Apom. Istilah “dari mata turun ke hati” baru hadir setelah para muda-mudi Pegunungan Bintang mengecap pendidikan. Perusakan (perubahan) budaya itu kira-kira terjadi 30 tahun lalu, dan sekarang kita generasi mudah menerjemahkannya dengan sangat salah. Perusakan budaya kita terjadi dengan anggapan pacaran = sex. Pemikiran ini harus dihilangkan guna menegakan budaya nenek moyang kita. Mari kita jaga moral kita dan dengan sungguh mengkat harkat dan martabat para leluhur kita yang dahulu hidup menghormati sex dan pernikahan sebagai suatu anugerah dari sang Pencipta.

Thursday, 24 February 2011

Asia Pacific International University


Kampus Asia Pacific Intenational University (APIU) merupakan salah satu kampus yang sangat strategis untuk belajar mengembangkan kemampuan akademis bagi para konsumen pendidikan dari Papua. Hal penguasaan bahasa asing, terutama bahasa Inggris adalah yang diharuskan “tahu” dalam era sekarang ini, oleh sebab itu tulisan ini mencoba meringkas mengenai tempat tinggal serta para guru di kelas ESL ( English as Secondary Language) untuk sekedarmerangsang pengetahuan para komsumer pendidikan.

Kenapa dikatakan strategis karena lingkunagan dan fasilitas pendukung belajar yang sangat nyaman dan lengkap. Untuk sementara ada tiga bangunan Asarama berlantai tiga bagi wanita dan dua asrama untuk pria masing-masing berlantai empat dan enam. Di setiap Asrama mampu menampung sekitar enam ratusan orang dan juga di dalamnya sudah dilengkapi dengan lemari dan meja, kursi belajar, serta dilengkapi wifi untuk searching internet secara bebas kapan saja. Di setiap lantai juga tersedia air minum gratis 24 jam.

Para pengaj ar ada para profesional lulusan universitas ternama di Amerika, Eropa dan Australia serta Asia. Mereka adalah orang-orang yang siap mengajar kapan saja, siap memberi jawab apapun pertanyaan para mahasiswa. Tanya jawab kapan saja dan di mana saja.

Fasilitas olahraga yang sangat mendukung untuk menghilangkan kejenuan setelah belajar seharian. Jenis olahraga yang terdapat di APIU adalah sepak bola, basket, volley, bulu tangkis, takrow, tennis dan tenis meja tersendiri di setiap gedung asrama.Setiap sore semua siswa baik dari international maupunyang asli Thailand datang berolahraga. Saat olahraga juga mahasiswa akan saling saharing dengan teman-teman yang lain untuk meningkatkan skill speaking dan listening mereka.

Kafetaria adalah tempat di mana mahasiswa biasa makan. Kafe biasanya di buka pagi jam 7 hingga jam 9, setelah itu buka lagi jam 11 am hingga jam 2 pm untuk makan siang. Untuk makan malam, kafetaria akan buka lagi jam 3.30 pm sampai jam 5.30 pm. Hanya cukup memiliki ID card untukmakan. Semua mahasiswa APIU diberikan ID card saat mendaftar, sehingga dengan itu mahasiswa dapat leluasa mekan, meminjam buku dan untuk mengecek attendance ( kehadiran) di setiap pertemuan atau ibadah harian di asrama maupun di kampus. Gambar di atas ( samping kanan) adalah salah satu foto wisudawan dan wisudawati angkatan 2001. Di foto ini terlihat perbedaan yang sangat mencolok, beberapa diantaranya berasal dari western country dan yang lain dari Asia.

Mahasisw a di APIU adalah hampir dari seluruh negara di Dunia ini. Dari benua Afrika, Australia, Amerika, dan Asia serta beberapa dari Amerika latin. Begitu pula para guru yang juga kebanyakan dari Amerika dan Eropa. Walaupun demikian, ada beberapa yang dari Asia dan Australia.

Hidup dan belajar di lingkungan kampus APIU akan mempunyai keuntungan tersendiri, karena selain mempelajari dan memperdalam kejuruan para siswa, juga mahasiswa dapat saling mempelajari budaya serta tukar pendapat soal perkembangan atau pembangunan di setiap Negara.

Informasi ini hanya sebuah dorongan bagi para pemuda-pemudi Papua yang duduk di bangku kelas tiga SMA untuk mengetahui seperti apa gambaran kampus Asia Pacific International University ( APIU) yang terletak Thailand. Dalam opini saya adalah, jika kita orang Papua konsumsi pendidikan hanya dari Indonesia dengan mengikuti kurikulum pendidikan mereka, kita orang Papua belum bisa maju dan memegang bagian-bagian vital di daerah kita. Jadi, mari, orang Papua harus mencari dan mengkonsumsi pendidikan dari luar Indonesia.

Bagi yang tertarik dengan informasi ini, bisa kirim sebuah komentar berupa pertanyaan atau pernyataan ke E-mail: mike_basen@ymail.com. Saya akan segera mengirimkan persyaratan serta rincian biaya perkuliahan di Kampus Asia Pacific International University ( APIU).

PENDIDIKAN

Dalam tulisan saya kali ini, saya akan tulis mengenai perbedaan pendidikan di Kabupaten Pegunungan Bintang dan Kabupaten Muak Lek di Thailand. Saya melihat di lapangan secara pelan, dan sadar bahwa ada beberapa perbedaan pendidikan Pegunungan Bintang dan Muak Lek-Thailand.
Sebelum itu, ada baiknya kita mengetahui beberapa persamaan antara Pegunungan Bintang dan Muak Lek. Kedua daerah ini sama-sama kabupaten. Saya tidak peduli usia kabupaten, apa sudah tua ataupun tidak. Di Pegunungan Bintang mempunyai gedung sekolah yang sama dengan Muak Lek. Keduanya mempunyai kapasitas guru yang cukup secara kuwantitas dan mempunyai keamanan kerja yang sama. Ada para murid yang siap diajar. Dan ada beberapa persamaan lain yang saya tidak sebutkan di sini.
Lantas apa saja yang perbedaanya? Gedung-gedung sekolah di Muak Lek sangat bagus, dilengkapi dengan sejumlah fasilitas seperti komputer, free wifi, ruangan kelas yang nyaman, tempat olahraga yang sangat lengkap. Laboratorium sains dan bahasa yang sangat bagus. Perpustakaan yang sangat di lengkapi dengan buku-buku, komputer yg langsung terkoneksi internet. Semuanya sangat memanjakan siswa untuk mendapatkan informasi. Para guru di Muak Lek sangat menghormati title ( job) mereka. Mereka sangat bersyukur menjadi guru, walaupun gajinya tidak naik ataupun turun. Para guru sangat menghormati waktu ( disiplin) dan sangat merendahkan diri belajar keras jika para murid mereka tidak mengerti. Kemudian, para guru sangat melarang murid untuk menyontek saat ujian. Dan satu hal yang paling baik adalah gaji para guru di Muak Lek hampir sama dengan para DPRD.
Perbedaan-perbedaan ini harusnya kita terapkan di Pegunungan Bintang untuk merubah kebiasaan pemerintah
daerah kita ataupun para guru kita untuk merubah pendidikan di daerah Pegunungan Bintang.

Friday, 21 January 2011

Manusia Proaktif Versus Manusia Reaktif

Sepanjang Peradaban Manusia secara determinan di dalam hidup ada dua hal yang merupakan sebuah pasangan dan menjadi sebuah pegangan hidup. Di dunia ini siapa saja tidak akan merupakan dua buah hal yakni : “Baik dan Buruk” ada sorga dan neraka ada api ada air, ada kemarau panas, ada hujan, ada bahagia ada kesedihan, ada senang ada susah, ada laki-laki ada perempuan (mas kulin dan feminism). Itulah sisi-sisi kehidupan dan warnanya yang tercipta sesuai dengan Sunna tullah yang berlaku. Manusia sebagai “HOHMO Her meuneteus” (sang pemberi makna dan symbol) tidak bisa malupakan dua hal berpasangan ini baik yang ada di luar dirinya maupun yang berada di dalam dirinya bahwa dalam diri manusia terdapat benih- benih ketaatan dan sebuah kejujuran dalam hidup yang identik dengan licik, dan bertindak sewenang wenang dalam hidup baik kepada dirinya sendiri, kepada sesama dan lingkungan. Sisi baik dalam diri manusia secara tekstual oleh Penulis disini ingin disebut sebagai sebuah “Proaktifitas” dan sisi sisi buruk dalam diri manusia tak lain adalah sebuah “Reaktifitas”.

Dari kedua hal di atas, manusia dari waktu ke waktu banyak belajar dalam hidup. Ignas Kleden pernah mengatakan bahwa filsafat “Belajar Hidup” yang benar adalah belajar berarti praktek. Sebab segala pengetahuan dan wawasan dalam hidup tentang hal-hal yang benar dan baik betapapun hebatnya dan arif nilai nilai itu jika bila tidak pernah dipraktekkan, diamalkan dalam realitas kehidupan yang nyata, maka ia hanya menjadi sebuah “vani tas vanitatum mundi” hanya sebuah kesia-siaan belaka ditengah utopia waktu yang membelenggu. Hanya pengetahuan mengenai hal-hal yang buruk dan jahatlah yang tak perlu kita praktekkan dan secara tegas perlu digarisbawahi dengan tinta merah.

Dalam diri kita ada sisi positif dan negative, sisi positif yang tak lain adalah sebuah proaktifitas hidup yang bermakna : “Sebagai kekuasaan, kebebasan, dan kemampuan untuk memilih respon kita terhadap apa yang terjadi atau menimpa diri kita berdasarkan nilai nilai yang kita anut. Lawan kata Proaktif adalah “Reaktif” yang tak lain adalah sisi negative hidup kita yang identik dan cenderung dengan sebuah ketidakberdayaan, ketidakbebasan serta ketidakmampuan kita memilih respons terhadap apa yang terjadi dengan titik akhir sebuah ketidakjelasan nilai-nilai pegangan hidup yang kita anut dan yakini.

Secara teoriti, mereka yang disebut “Orang Proaktif” memilih proaktifitas yang tinggi dalam mengembangkan karunia-karunia Tuhan yang diberikan secara khusus kepada mereka, yakni : kesadaran diri, hati nurani, kehendak bebas, dan daya imajinasi kreatif dan penuh inovatif. Kesadaran diri merupakan titik awal landasan pacu gerak hidup manusia untuk selaras dengan panggilan hati nurani yang bertumpu pada kaidah moralitas dan etika untuk tetap senantiasa dikedepankan. Kehendak bebas adalah kemampuan dan keberanian untuk bertindak dari kesadaran diri, Hati Nurani dan nilai-nilai misi hidup sebagai manusia dan amanahnya. Kehendak bebas merupakan focus pendekatan pskilogis pendekatan kekuatan kehendak kita; dimana ada kemauan disitu ada jalan terang yang penuh derita dan ujian dalam menggapai cita- cita (No poin no gain,red), yang tumbuh dan berasal dari pijar-pijar api imajinasi kreatif untuk mampu meneropong keadaan dimana yang akan datang. Empat hal di atas merupakan karunia Tuhan yang diberikan kepada manusia seutuhnya dalam mengemban amanah sebagai pencipta_Nya di muka bumi ini. Binatang dan makhluk lain tidak memiliki empat hal tersebut. Karenanya tidak ada respon, kambing, anjing, atau monyet tidak dapat disebut “Proaktif”. Binatang diciptakan sebagai makhluk yang reaktif. Mereka tidak memiliki kesadaran diri (bahwa mereka ada disini dan kini adalah dalam kekinian), juga tidak punya hati nurani, yakni : “Benar salah, etis dan tidak etis tidak pernah mereka pikirkan serta tidak memiliki kekuatan kehendak bebas untuk mampu berimajinasi secara kreatif dan penuh inovatif.

Orang Proaktif dan Orang Reaktif didalam realitas kehidupan sehari-hari tidak dapat dibedakan secara gambling dan gampang. Sepanjang waktu 24 jam, sehari, seminggu, sebulan, setahun, tidak ada seorangpun yang dapat mengklaim dirinya 100% proaktif atau 100 % reaktif. Orang-orang proaktif dan orang reaktif hanya dapat dibedakan dari penggunaan bahasa sehari-hari mereka. Orang Proaktif sedikitpun tidak memiliki waktu untuk mengeluh. Orang Proaktif lebih suka dengan bahasa ungkapan “ mari kita lihat dulu masalahnya dan mencari jalan alternative demi kenyamanan hidup bersama. Sedangkan orang Reaktif akan selalu berkata : “ saya tidak bisa, hal itu bukan masalah saya dan tanggung jawab saya!!!. Orang yang proaktif dengan sangat menerima tanggung jawabnya, menjunjung tinggi kebenaran, mementingkan kepuasaan dan kepentingan bersama, sedang orang-orang reaktif adalah kebalikannya. Mereka mengidap penyakit Character Disorder dengan sebuah Neorosis dan FOBIA yang tak mendasarnya “Saya lesu, saya tidak bisa, dan lain. Karena orang-orang macam ini melihat dunia luar, orang lain, atau lingkungan sekitarlah yang harus bertanggung jawab, mengapa saya harus peduli ?? Orang-orang reaktif menunjukkan tidak matang secara jiwa, psikoligis dan spirutalnya, karenanya mereka sedikitpun tidak ada simpati dan empati menyangkut masalah masalah sosial dan panggilan kemanusiaan yang ingin memanusiakan dirinya seutuhnya.
Hemat kata menutup wacana ini : “Para sosiolog dan agamawan berkata bahwa kodrat hidup manusia adalah “Hidup Bahagia”!! Dengan kata lain segala upaya untuk bisa hidup bahagia adalah kita akan selalu berupaya memenuhi panggilan kodrat sebagai manusia yang diberi mandate amanah sebagai pencipta untuk tetap humanis. Jalan menuju panggilan kodrat tak lain adalah siap menjadi “Manusia Proaktif” !!! Sungguh mengerikan bila memiliki banyak kelebihan dan kemampuan (status, harta dan ilmu) justru kita bersikap reaktif dan lalu terisolasi (terasing, merasa hampa dan tak berguna dalam kemewahan materi yang bergelimang) dari hidup dan kehidupan itu sendiri yang tiada henti dan lelah mengingatkan kemanusiaan kita untuk lebih manusiawi …!

Thursday, 20 January 2011

BAHASA NGALUM HARUS DILESTARIKAN

Bahasa adalah suatu budaya dan merupakan sebuah kekayaan di setip suku di Dunia. Bahasa juga merupakan sebuah kapasitas bagi manusia untuk memperoleh, dan atau digunakan sebagai sarana kommunikasi. Oleh karena perkembangan zaman, beberapa bahasa di berbagai tempat di Dunia ini sedang punah. Di Papua, ada beberapa tempat yang bahasa daerahnya hampir jarang dipakai, akibatnya para generasi penerus tidak tahu berbahasa daerah dan hanya beberapa orang tua yang berumur 70an yang bisa mengeja bahasa daerah secara jelas. Sebagai contoh, bahasa kampong Dunser di Teluk Wondama, yang menurut para peneliti dari jurusan sastra bahasa dan linguistic Universitas Negeri Papua bahawa bahasa Dunser sudah di ambang kepunahan (sumber : http://www.tabloidjubi.com/index.php/daily-news/seputar-tanah-papua/10547 ) . Tidak hanya bahasa Dunser, beberapa bahasa daerah di beberapa suku di daerah Papua hampir senasip dengan bahasa Dunser. Seperti beberapa suku di Merauke, Fak Fak dan Jayapura, generasi penerus Papua kelahiran tahun 1990-an belum bisa berkomunikasi secara baik atau tidak tahu sama sekali. Hal ini sangat disayangkan jika tidak ada kesedaran dari setiap orang tua atau dari semua pihak untuk melestarikan bahasa sebagai suatu kearifan local yang tersimpan di dalam budaya kita.

Pada tulisan saya kali ini, saya mencoba menulis kebiasaan penggunaan bahasa daerah Ngalum oleh para generasi Daerah Ngalum menurut opini saya. Dalam tulisan ini, saya tidak memandang loghat (dialeg) entah dari Oksibil, Kiwirok maupun Abmisibil, yang terpenting bahasa Ngalum. Suatu kekuatiran timbul di dalam diri saya ketika beberapa generasi suku Ngalum jarang menggunakan bahasa Ngalum. Arti bahasa Ngalum yang dalam, kadang tidak dimengerti oleh generasi sekarang. Kebanyakan orang tua yang PNS mengajarkan bahasa Indonesia kepada setiap anaknya mulai dari kecil, tanpa menyadari pentingnya bahasa daerah (Ngalum). Di sekolah-sekolah dilarang menggunakan bahasa daerah walaupun gurunya orang Ngalum. Generasi suku Ngalum yang orang tua mamanya dari luar, atau yang mengklaim orang Ngalum karena mamanya suku Ngalum, belum bisa berbicara maupun mendengar ( communicate) bahasa Ngalum. Apakah ini merupakan suatu pertanda bahasa Ngalum akan punah?

Pelestarian budaya bukan hanya pada tari-tarian daerah, bukan hanya pada pelestarian alat-alat peninggalan kuno, tetapi salah satunya adalah melestarikan bahasa daerah. Oleh sebab itu, sudah menjadi tugas bersama bagi generasi orang Ngalum untuk melindungi dan melestarikan bahasa daerah Ngalum sebagai suatu asset suku Ngalum. Adapun langkah-langkah yang harus diambil menurut opini saya, yang pertama adalah mengajarkan setiap anak bahasa daerah sejak dini, kedua; pengajaran bahasa daerah Ngalum di setip jam muatan local di setiap sekolah, ketiga; di manapun, kapanpun, jika ada dua atau tiga generasi Ngalum, gunakanlah bahasa Ngalum. Untuk mewujudkan ketiga langkah di atas maka jangan pernah ‘gengsi’ mengajarkan bahasa daerah ke anak-anak dan jadikan bahasa Ngalum sebagai asset serta berbicaralah bahasa Ngalum dengan berjiwa besar di antara sesama generasi suku Ngalum. Opini saya cukup di sini, saya berharap para pembaca memberi masukan yang banyak soal pelestarian bahasa Ngalum sehingga saya mengedit ulang tulisan ini.

PENDIDIKAN

Hal-Hal Yang Perlu Dalam Perkembangan Pengetahuan Anak Aplim Apom

Pendidikan adalah sebuah konsep pengetahuan menyangkut keterampilan-keterampilan (skills) dasar, akademisi,tehnik, disiplin, kewarganegaraan dan lain-lain yang mampu di aplikasikan langsung secara tepat.
Jika berbicara mengenai pendidikan, hal-hal yang terbayang di benak kita adalah murid, guru, gedung sekolah, peralatan atau perlengkapan seperti laboratorium, perpustakaan dan lain-lainnya. Walaupun demimkian, di sini saya mau mengangkat beberapa hal menyangkut pentingnya pendidikan di daerah Pegunungan Bintang yang seringkali disepelekan. Hal-hal tersebut antara lain orang tua, lingkungan, perpustakaan mini dan sarana internet dalam mendudukung proses pembelajaran di sekolah.
Orang Tua. Orang tua merupakan guru bagi anak di rumah. Di rumah merupakan tempat yang paling cocok bagi anak untuk belajar. Dorongan dari kedua orang tua sangat dibutuhkan oleh anak ketika anak mulai belajar di rumah. Kadang orang tua sibuk sendiri dengan kesibukan yang sebenarnya tidak jelas, akhirnya membiarkan anak sendiri belajar. Orang tua hanya menyerahkan anak ke pihak sekolah (guru) dan tidak pernah tahu. Ini adalah kesalahan bagi kita para orang tua. Jika orang tua Pegunungan Bintang mau anak jadi pintar dan dengan demikian berharap merubah daerah kita, maka pendidikan di mulai dari orang tua di rumah.
Lingkuangan. Lingkungan merupakan salah satu faktor bagi perkembangan pendidikan anak. Lingkungan bukan hanya halaman di sekitar rumah atau sekitar kota. Lingkungan bisa merupakan lingkungan di mana anak itu dapat bertumbuh. Dengan siapa anak kita bergaul, dengan siapa anak kita makan. Orang-orang di sekitarnya mempengaruhi perkembangan pendidikan dini anak kita. Dan tanpa disadari, orang yang paling dekat dengan anak adalah kita orang tua.Perpustakaan Mini. Hal yang dilupakan para akademisi di Kabupaten Pegunungan Bintang adalah membuat sebuah perpustakaan mini. Tidak perlu terlalu besar, tidak perlu juga melengkapi seluruh referensi buku. Yang perlu adalah menyediakan buku-buku bacaan, baik anak maupun dewasa, di setiap persimpangan jalan, di setiap rumah. Hal ini dimaksudkan untuk menumbuhkembangkan minat baca anak. Minat baca tidak selalu harus dari guru di sekolah tetapi dengan jalan seperti ini, pasti akan sangat terbantu.
Internet. Di era informasi sekarang ini, internet merupakan sarana yang paling mendasar dalam pengembagan pendidikan. Pada umumnya sekolah-sekolah di Kabupaten Pegunungan Bintang, tidak di lengkapi dengan sarana internet. Hal ini sangat di sayangkan bagi perkembangan pengetahuan anak Aplim Apom ke depan. Hal ini merupakan tanggungjawab sepenuhnya kepada pemerintah untuk melengkapi fasilitas ini. Internet menyajikan sejumlah hal. Semua yang terjelek dan yang terbaik ada di dalamnya. Tinggal kita yang mengaturnya, kita bisa batasi hal-hal yang layak dikonsumsi anak-anak dan yang tidak. Demi perkembangan pengetahuan anak-anak Aplim Apom, sangat diharapkan agar di setiap sekolah memiliki sarana internet.
Saya sudah mengemukakan beberapa hal yang menurut saya penting dan saya mau tekankan lagi agar perhatian orang tua terhadap anak, penyediaan sarana perpustakaan dan internet di sekolah-sekolah harap segera di wujudkan.

Salam Pegunungan Bintang, YEPMUM

APLIM APOM

Up in the mountains, in the middle of West Papua, there is my village. It is about 3750 Meters on the surface of the sea. There are many mountains and big rivers. If we go there, we will never see flat area.
The average temperature is about 25 degree or 26 degree. In the afternoon it goes up until 27 or 29 degrees, but in the evening it goes down to 23 or 20 degrees. Local People ( Ngalum or Kupel Tribes) said that it's not really cool but immigrants say that it's so cool and they never took shower for one or two weeks.
my village has now become a regency. Indonesian call it Pegunungan Bintang, but ancient people call it Aplim Apom. Aplim Apom are two mountains which stand beside each other in the middle of West Papua.Aplim Apom also means Puncak Juliana. Puncak Juliana is the second highest mountain in Indonesia. Pegunungan Bintang means star mountain ( pegunungan = mountain, bintang = star).
North of Aplim Apom is Jayapura City and Sarmi. In the east is Papua New Guinea and Keerom. In the south is Merauke and Boven Digoel. And in the west of Aplim Apom is Yahukimo City.
Star Mountain regency has about 15 districts and many villages there. There only 4 big district; Oksibil, Okbibab, Kiwirok and Batom. There are no big street that correlate to one and others districts. So, if we want to go to others district or village, we have to go on foot and it needs one day and one night or more to get there.
it takes a long time to go to another village or district because of so many hills and to cross many rivers. We get tired but are happy. After a long time on the road, we find many kind everlasting nature. We can see flora and fauna that we have never seen before. We can see many beautiful water falls and we enjoy with the fantastic expanse of nature.

Please come to visit my Village...APLIM APOM