Sunday, 6 March 2011

KESIAPAN SDM MERUPAKAN SUATU TOLAK UKUR PEMBANGUNAN DAERAH

BAGAIMANA DENGAN PEGUNUNGAN BINTANG?

MEMBANGUN ATAU SEKEDAR CARI UANG?

Kata orang bahwa terakhir kali para misionaris menginjakan kaki mereka tepatnya di Oksibil yang sekarang merupakan ibukota Pegunungan Bintang. Mungkinkah Oksibil merupakan ujung Bumi yang di maksudkan Tuhan Yesus ketika pengutusan injil-Nya kepada para murid untuk mewartakannya ke seluruh Dunia? Ini adalah sebuah misteri yang harus dikaji oleh seluruh elemen masyarakat ilmiah yang terkait.
Inilah sejarahnya: ketika manusia Ngalum-Kupel diperkenalkan oleh misionaris tentang sebuah dunia baru yang sungguh mereka tidak kenal, mereka dengan cepat menyesuaikan diri dengan dunia tersebut. Dengan pendekatan antropologis yang baik serta adaptasi para misionaris, manusia Ngalum-Kupel yang kebanyakan berwatak melankolis ini berhasil mempersatukan kepercayaannya.
Dengan bantuan Roh Kudus, para misionaris berhasil masuk hingga seluruh pelosok. Demi mewujudkan misinya, mereka segera buka sekolah-sekolah dan menyekolahkan lebih dari 50-100 anak putra daerah. Disini, SDM anak daerah benar-benar diperhatikan. Pembaca boleh bertanya kepada orang-orang tua sekarang yang ada di Pegunungan Bintang tentang bagaimana pendidikan yang mereka dapatkan dari para misisonaris.
Sekarang mari kita buka mata lebar-lebar….dan melihat apa yang terjadi dengan pendidikan di Pegunungan Bintang sekarang. Penulis berharap tidak untuk daerah Papua lain. Dan sangat berharap juga supaya siapapun dia yang berasal dari Pegunungan Bintang yang berbagngga dengan mengatakan bhawa akan menjadi bintang-bintang di antara sesama Papua, apalgi dengan orang luar Papua…Jangan ya… Mengapa??
Kita buka mata lagi dengan lebar-lebar. Untuk mengisi pembangunan yang ada, kita terpaksa dengan paksa memaksakan para lulusan SMA untuk tes CPNS. Kita menempatkannya seadanya. Dengan kemampuan yang seadanya. Dengan ketrampilan yang mungkin sangat minim. Dengan kecekatan yang mungkin begitu membingungkan. Hal itu mungkin kita bisa maklumi dengan mengatakan bahwa lama-lama akan menjadi biasa dan lancar. Atau yang menyeleksi tes CPNS berijazah SMA juga? Okelah kita katakana seperti itu untuk sementara. Kog? Ya tidak bisa dipungkiri lagi sebab seperti itulah adanya sekarang. Bagaimana dengan lulusan yang berijazah SMP atau SD? Apa kontribusi mereka unutuk pembangunan? Ide apalagi untuk menciptakan hal yang baru bagi pembangunan? Maaf jika ini seperti meremehkan? Jikalaupun apa perasaan pembaca kepada penulis, pasti penulis hanya diam dan minta bukti.
Pada tahun (tahun2009) ini porsi PNS yang akan diterima di Pegunungan Bintang adalah sekitar 400an. Orang-orang ini dari mana lagi??? Lagi-lagi pemaksaan akan terjadi di sini. Sebab apa? Putra-putri Peg.Bintang yang sementara di bangku kuliah dipaksakan untuk tes CPNS. Sekali lagi, cara ini bukan hanya memajukan pembangunan tetapi sebaliknya, mematikan saraf-saraf pembangunan yang sementara jalan.
Terus bagaiman kita memajukan daerah ini dengan kesiapan SDM yang mantap? Ada yang bilang, jika belum ada kesiapan SDM yang manatap, kenapa mekarkan jadi sebuah Kabupaten? Apakah ini adalah sebuah sundulan politik SBY? May be…
Setelah kita merenungkan bagaimana akan jadinya pembangunan Kabupaten Pegunungan Bintang kedepan yang hanya jika terisi oleh PNS berijazah SMA, kita akan lihat lagi ke jenjang fatal berikut….
Menjelang pemilu 2009 ini, kembali anak berijazah SMA berkampanye dari kampong ke kampong dengan kata-kata yang sedikit menggarami masyarakat. Dengan sangat percaya diri dan dengan sangat tidak mengerti tentang apa yang dikatakan kepada masyarakat, maju bertenteng ijazah SMA dan bingung. Ya, sangat bingung dengan CALEGnya, dari manapun partainya. Hanya bermodalkan anak daerah, maju dengan senyum penipuan di hadapan masyarkat dan bermuka serius sambil sapu tangan di sebelah tangannya.
Inikah yang akan merubah wajah Pegunungan Bintang menjadi tempat banyak bintang bertaburan? Atau ini hanya karena motivasi uang? Jangan- jangan ini adalah signal awal untuk Pegunungan Bintang yang akan menjadi krisis kepemimpinan di tanah Papua?
Sekali lagi kesiapan SDM yang model ini tidak akan merubah wajah kabupaten Pegunungan Bintang secara benar.
Beberapa masukan penulis: Pertama, anak asli Alim Apom yang punya ijazah SMA hendaklah selesaikan kuliah minimal S1 sebelum tes CPNS. Yang kedua, minimalkan punya sertifikat bahasa inggris atau pengetahuan computer selama masa pendidikan S1 di bangku kuliah. Ketiga,budayakan apapun yang didapatkan di bangku kuliah dapat diterapkan di masyarakat. Keempat, punya pengalaman minimal dua atau tiga tahun sebelum memutuskan menjadi CALEG ataupun kursi apapun yang diperebutkan. Kelima, jangan pernah berjuang untuk kepentingan sendiri dengan menipu masyarakat dan jangan pernah merencanakan sesuatu yang jahat dibalik ambisi anda. Keenam, bagi para guru supaya selalu mengikuti kurikulum yang ada tetapi dengan pendekatan antropologis serta spikologis anak Aplim Apom, untuk bisa merubah kurikulum umum menjadi khusus bagi Pegunungan Bintang.
Mudah-mudahan ini menjadi suatu batu loncatan bagi PNS lama maupun yang baru, untuk merubah wajah Pegunungan Bintang menjadi lebih baik.

Ide Yesang saat mahasiswa, 2007

No comments:

Post a Comment