Tuesday 25 January 2011

YAMEN

YAMEN merupakan sejenis sayur yang hanya tumbuh di daerah pegunungan dengan ketinggian 3750-4000 meter di atas permukaan laut. Yamen memiliki akar serabut ya

ng tumbuh subur di daerah pegunungan dan memiliki batang herba,yakni memiliki batang lunak, berwarna hijau (karena terdapat klorofil). Sayur yamen termasuk sejenis tumbuhan monokitil.

Saya belum pernah menemukan jenis sayur ini di daerah manapun, kecuali hanya di Pegunungan Bintang. Sayur yang sangat enak ini, memiliki bau yang khas, bisa tercium dari kejauhan tujuh atau delapan meter. Jika dalam keadaan mentah, yamen tidak berbau sehingga bisa dimakan tanpa harus menunggu harus dimasak.
Ada dua jenis sayur yamen, yakni yamen kekuninghijauan dan yamen hijau. Sayur yamen jenis kekuninghijauan biasa di tanam di kebun, sedangkan yamen hijau biasanya bertumbuh secara liar di hutan. Walaupun demikian, kedua yamen ini memiliki rasa yang sama enaknya. Sayur yamen biasanya paling enak jika di campur dengan Etil dan Epon ( sejenis sayur). Jika anda mencobahnya, pasti tidak ingin bagi ke sesama anda.

Walaupun belum ada hasil pengujian laboratorium mengenai sayur yamen, saya berani bilang bahwa kadar gizi sayur yamen di atas rata-rata. Alasanya karena orang-orang yang makan sayur yamen mempunyai postur tubuh yang kekar dan ideal di bandingkan dengan yang tidak makan sama sekali. Mereka jarang sakit, seperti malaria dan flu atau sejenis sakit ringan lainnya.
Saya berharap para analisis sains dari Pegunungan Bintang ( docter) bisa menelusuri dan menemukan persentase kandungan gizi di dalam sayur Yamen. Yepmum!

Friday 21 January 2011

Manusia Proaktif Versus Manusia Reaktif

Sepanjang Peradaban Manusia secara determinan di dalam hidup ada dua hal yang merupakan sebuah pasangan dan menjadi sebuah pegangan hidup. Di dunia ini siapa saja tidak akan merupakan dua buah hal yakni : “Baik dan Buruk” ada sorga dan neraka ada api ada air, ada kemarau panas, ada hujan, ada bahagia ada kesedihan, ada senang ada susah, ada laki-laki ada perempuan (mas kulin dan feminism). Itulah sisi-sisi kehidupan dan warnanya yang tercipta sesuai dengan Sunna tullah yang berlaku. Manusia sebagai “HOHMO Her meuneteus” (sang pemberi makna dan symbol) tidak bisa malupakan dua hal berpasangan ini baik yang ada di luar dirinya maupun yang berada di dalam dirinya bahwa dalam diri manusia terdapat benih- benih ketaatan dan sebuah kejujuran dalam hidup yang identik dengan licik, dan bertindak sewenang wenang dalam hidup baik kepada dirinya sendiri, kepada sesama dan lingkungan. Sisi baik dalam diri manusia secara tekstual oleh Penulis disini ingin disebut sebagai sebuah “Proaktifitas” dan sisi sisi buruk dalam diri manusia tak lain adalah sebuah “Reaktifitas”.

Dari kedua hal di atas, manusia dari waktu ke waktu banyak belajar dalam hidup. Ignas Kleden pernah mengatakan bahwa filsafat “Belajar Hidup” yang benar adalah belajar berarti praktek. Sebab segala pengetahuan dan wawasan dalam hidup tentang hal-hal yang benar dan baik betapapun hebatnya dan arif nilai nilai itu jika bila tidak pernah dipraktekkan, diamalkan dalam realitas kehidupan yang nyata, maka ia hanya menjadi sebuah “vani tas vanitatum mundi” hanya sebuah kesia-siaan belaka ditengah utopia waktu yang membelenggu. Hanya pengetahuan mengenai hal-hal yang buruk dan jahatlah yang tak perlu kita praktekkan dan secara tegas perlu digarisbawahi dengan tinta merah.

Dalam diri kita ada sisi positif dan negative, sisi positif yang tak lain adalah sebuah proaktifitas hidup yang bermakna : “Sebagai kekuasaan, kebebasan, dan kemampuan untuk memilih respon kita terhadap apa yang terjadi atau menimpa diri kita berdasarkan nilai nilai yang kita anut. Lawan kata Proaktif adalah “Reaktif” yang tak lain adalah sisi negative hidup kita yang identik dan cenderung dengan sebuah ketidakberdayaan, ketidakbebasan serta ketidakmampuan kita memilih respons terhadap apa yang terjadi dengan titik akhir sebuah ketidakjelasan nilai-nilai pegangan hidup yang kita anut dan yakini.

Secara teoriti, mereka yang disebut “Orang Proaktif” memilih proaktifitas yang tinggi dalam mengembangkan karunia-karunia Tuhan yang diberikan secara khusus kepada mereka, yakni : kesadaran diri, hati nurani, kehendak bebas, dan daya imajinasi kreatif dan penuh inovatif. Kesadaran diri merupakan titik awal landasan pacu gerak hidup manusia untuk selaras dengan panggilan hati nurani yang bertumpu pada kaidah moralitas dan etika untuk tetap senantiasa dikedepankan. Kehendak bebas adalah kemampuan dan keberanian untuk bertindak dari kesadaran diri, Hati Nurani dan nilai-nilai misi hidup sebagai manusia dan amanahnya. Kehendak bebas merupakan focus pendekatan pskilogis pendekatan kekuatan kehendak kita; dimana ada kemauan disitu ada jalan terang yang penuh derita dan ujian dalam menggapai cita- cita (No poin no gain,red), yang tumbuh dan berasal dari pijar-pijar api imajinasi kreatif untuk mampu meneropong keadaan dimana yang akan datang. Empat hal di atas merupakan karunia Tuhan yang diberikan kepada manusia seutuhnya dalam mengemban amanah sebagai pencipta_Nya di muka bumi ini. Binatang dan makhluk lain tidak memiliki empat hal tersebut. Karenanya tidak ada respon, kambing, anjing, atau monyet tidak dapat disebut “Proaktif”. Binatang diciptakan sebagai makhluk yang reaktif. Mereka tidak memiliki kesadaran diri (bahwa mereka ada disini dan kini adalah dalam kekinian), juga tidak punya hati nurani, yakni : “Benar salah, etis dan tidak etis tidak pernah mereka pikirkan serta tidak memiliki kekuatan kehendak bebas untuk mampu berimajinasi secara kreatif dan penuh inovatif.

Orang Proaktif dan Orang Reaktif didalam realitas kehidupan sehari-hari tidak dapat dibedakan secara gambling dan gampang. Sepanjang waktu 24 jam, sehari, seminggu, sebulan, setahun, tidak ada seorangpun yang dapat mengklaim dirinya 100% proaktif atau 100 % reaktif. Orang-orang proaktif dan orang reaktif hanya dapat dibedakan dari penggunaan bahasa sehari-hari mereka. Orang Proaktif sedikitpun tidak memiliki waktu untuk mengeluh. Orang Proaktif lebih suka dengan bahasa ungkapan “ mari kita lihat dulu masalahnya dan mencari jalan alternative demi kenyamanan hidup bersama. Sedangkan orang Reaktif akan selalu berkata : “ saya tidak bisa, hal itu bukan masalah saya dan tanggung jawab saya!!!. Orang yang proaktif dengan sangat menerima tanggung jawabnya, menjunjung tinggi kebenaran, mementingkan kepuasaan dan kepentingan bersama, sedang orang-orang reaktif adalah kebalikannya. Mereka mengidap penyakit Character Disorder dengan sebuah Neorosis dan FOBIA yang tak mendasarnya “Saya lesu, saya tidak bisa, dan lain. Karena orang-orang macam ini melihat dunia luar, orang lain, atau lingkungan sekitarlah yang harus bertanggung jawab, mengapa saya harus peduli ?? Orang-orang reaktif menunjukkan tidak matang secara jiwa, psikoligis dan spirutalnya, karenanya mereka sedikitpun tidak ada simpati dan empati menyangkut masalah masalah sosial dan panggilan kemanusiaan yang ingin memanusiakan dirinya seutuhnya.
Hemat kata menutup wacana ini : “Para sosiolog dan agamawan berkata bahwa kodrat hidup manusia adalah “Hidup Bahagia”!! Dengan kata lain segala upaya untuk bisa hidup bahagia adalah kita akan selalu berupaya memenuhi panggilan kodrat sebagai manusia yang diberi mandate amanah sebagai pencipta untuk tetap humanis. Jalan menuju panggilan kodrat tak lain adalah siap menjadi “Manusia Proaktif” !!! Sungguh mengerikan bila memiliki banyak kelebihan dan kemampuan (status, harta dan ilmu) justru kita bersikap reaktif dan lalu terisolasi (terasing, merasa hampa dan tak berguna dalam kemewahan materi yang bergelimang) dari hidup dan kehidupan itu sendiri yang tiada henti dan lelah mengingatkan kemanusiaan kita untuk lebih manusiawi …!

Thursday 20 January 2011

BAHASA NGALUM HARUS DILESTARIKAN

Bahasa adalah suatu budaya dan merupakan sebuah kekayaan di setip suku di Dunia. Bahasa juga merupakan sebuah kapasitas bagi manusia untuk memperoleh, dan atau digunakan sebagai sarana kommunikasi. Oleh karena perkembangan zaman, beberapa bahasa di berbagai tempat di Dunia ini sedang punah. Di Papua, ada beberapa tempat yang bahasa daerahnya hampir jarang dipakai, akibatnya para generasi penerus tidak tahu berbahasa daerah dan hanya beberapa orang tua yang berumur 70an yang bisa mengeja bahasa daerah secara jelas. Sebagai contoh, bahasa kampong Dunser di Teluk Wondama, yang menurut para peneliti dari jurusan sastra bahasa dan linguistic Universitas Negeri Papua bahawa bahasa Dunser sudah di ambang kepunahan (sumber : http://www.tabloidjubi.com/index.php/daily-news/seputar-tanah-papua/10547 ) . Tidak hanya bahasa Dunser, beberapa bahasa daerah di beberapa suku di daerah Papua hampir senasip dengan bahasa Dunser. Seperti beberapa suku di Merauke, Fak Fak dan Jayapura, generasi penerus Papua kelahiran tahun 1990-an belum bisa berkomunikasi secara baik atau tidak tahu sama sekali. Hal ini sangat disayangkan jika tidak ada kesedaran dari setiap orang tua atau dari semua pihak untuk melestarikan bahasa sebagai suatu kearifan local yang tersimpan di dalam budaya kita.

Pada tulisan saya kali ini, saya mencoba menulis kebiasaan penggunaan bahasa daerah Ngalum oleh para generasi Daerah Ngalum menurut opini saya. Dalam tulisan ini, saya tidak memandang loghat (dialeg) entah dari Oksibil, Kiwirok maupun Abmisibil, yang terpenting bahasa Ngalum. Suatu kekuatiran timbul di dalam diri saya ketika beberapa generasi suku Ngalum jarang menggunakan bahasa Ngalum. Arti bahasa Ngalum yang dalam, kadang tidak dimengerti oleh generasi sekarang. Kebanyakan orang tua yang PNS mengajarkan bahasa Indonesia kepada setiap anaknya mulai dari kecil, tanpa menyadari pentingnya bahasa daerah (Ngalum). Di sekolah-sekolah dilarang menggunakan bahasa daerah walaupun gurunya orang Ngalum. Generasi suku Ngalum yang orang tua mamanya dari luar, atau yang mengklaim orang Ngalum karena mamanya suku Ngalum, belum bisa berbicara maupun mendengar ( communicate) bahasa Ngalum. Apakah ini merupakan suatu pertanda bahasa Ngalum akan punah?

Pelestarian budaya bukan hanya pada tari-tarian daerah, bukan hanya pada pelestarian alat-alat peninggalan kuno, tetapi salah satunya adalah melestarikan bahasa daerah. Oleh sebab itu, sudah menjadi tugas bersama bagi generasi orang Ngalum untuk melindungi dan melestarikan bahasa daerah Ngalum sebagai suatu asset suku Ngalum. Adapun langkah-langkah yang harus diambil menurut opini saya, yang pertama adalah mengajarkan setiap anak bahasa daerah sejak dini, kedua; pengajaran bahasa daerah Ngalum di setip jam muatan local di setiap sekolah, ketiga; di manapun, kapanpun, jika ada dua atau tiga generasi Ngalum, gunakanlah bahasa Ngalum. Untuk mewujudkan ketiga langkah di atas maka jangan pernah ‘gengsi’ mengajarkan bahasa daerah ke anak-anak dan jadikan bahasa Ngalum sebagai asset serta berbicaralah bahasa Ngalum dengan berjiwa besar di antara sesama generasi suku Ngalum. Opini saya cukup di sini, saya berharap para pembaca memberi masukan yang banyak soal pelestarian bahasa Ngalum sehingga saya mengedit ulang tulisan ini.

PENDIDIKAN

Hal-Hal Yang Perlu Dalam Perkembangan Pengetahuan Anak Aplim Apom

Pendidikan adalah sebuah konsep pengetahuan menyangkut keterampilan-keterampilan (skills) dasar, akademisi,tehnik, disiplin, kewarganegaraan dan lain-lain yang mampu di aplikasikan langsung secara tepat.
Jika berbicara mengenai pendidikan, hal-hal yang terbayang di benak kita adalah murid, guru, gedung sekolah, peralatan atau perlengkapan seperti laboratorium, perpustakaan dan lain-lainnya. Walaupun demimkian, di sini saya mau mengangkat beberapa hal menyangkut pentingnya pendidikan di daerah Pegunungan Bintang yang seringkali disepelekan. Hal-hal tersebut antara lain orang tua, lingkungan, perpustakaan mini dan sarana internet dalam mendudukung proses pembelajaran di sekolah.
Orang Tua. Orang tua merupakan guru bagi anak di rumah. Di rumah merupakan tempat yang paling cocok bagi anak untuk belajar. Dorongan dari kedua orang tua sangat dibutuhkan oleh anak ketika anak mulai belajar di rumah. Kadang orang tua sibuk sendiri dengan kesibukan yang sebenarnya tidak jelas, akhirnya membiarkan anak sendiri belajar. Orang tua hanya menyerahkan anak ke pihak sekolah (guru) dan tidak pernah tahu. Ini adalah kesalahan bagi kita para orang tua. Jika orang tua Pegunungan Bintang mau anak jadi pintar dan dengan demikian berharap merubah daerah kita, maka pendidikan di mulai dari orang tua di rumah.
Lingkuangan. Lingkungan merupakan salah satu faktor bagi perkembangan pendidikan anak. Lingkungan bukan hanya halaman di sekitar rumah atau sekitar kota. Lingkungan bisa merupakan lingkungan di mana anak itu dapat bertumbuh. Dengan siapa anak kita bergaul, dengan siapa anak kita makan. Orang-orang di sekitarnya mempengaruhi perkembangan pendidikan dini anak kita. Dan tanpa disadari, orang yang paling dekat dengan anak adalah kita orang tua.Perpustakaan Mini. Hal yang dilupakan para akademisi di Kabupaten Pegunungan Bintang adalah membuat sebuah perpustakaan mini. Tidak perlu terlalu besar, tidak perlu juga melengkapi seluruh referensi buku. Yang perlu adalah menyediakan buku-buku bacaan, baik anak maupun dewasa, di setiap persimpangan jalan, di setiap rumah. Hal ini dimaksudkan untuk menumbuhkembangkan minat baca anak. Minat baca tidak selalu harus dari guru di sekolah tetapi dengan jalan seperti ini, pasti akan sangat terbantu.
Internet. Di era informasi sekarang ini, internet merupakan sarana yang paling mendasar dalam pengembagan pendidikan. Pada umumnya sekolah-sekolah di Kabupaten Pegunungan Bintang, tidak di lengkapi dengan sarana internet. Hal ini sangat di sayangkan bagi perkembangan pengetahuan anak Aplim Apom ke depan. Hal ini merupakan tanggungjawab sepenuhnya kepada pemerintah untuk melengkapi fasilitas ini. Internet menyajikan sejumlah hal. Semua yang terjelek dan yang terbaik ada di dalamnya. Tinggal kita yang mengaturnya, kita bisa batasi hal-hal yang layak dikonsumsi anak-anak dan yang tidak. Demi perkembangan pengetahuan anak-anak Aplim Apom, sangat diharapkan agar di setiap sekolah memiliki sarana internet.
Saya sudah mengemukakan beberapa hal yang menurut saya penting dan saya mau tekankan lagi agar perhatian orang tua terhadap anak, penyediaan sarana perpustakaan dan internet di sekolah-sekolah harap segera di wujudkan.

Salam Pegunungan Bintang, YEPMUM

APLIM APOM

Up in the mountains, in the middle of West Papua, there is my village. It is about 3750 Meters on the surface of the sea. There are many mountains and big rivers. If we go there, we will never see flat area.
The average temperature is about 25 degree or 26 degree. In the afternoon it goes up until 27 or 29 degrees, but in the evening it goes down to 23 or 20 degrees. Local People ( Ngalum or Kupel Tribes) said that it's not really cool but immigrants say that it's so cool and they never took shower for one or two weeks.
my village has now become a regency. Indonesian call it Pegunungan Bintang, but ancient people call it Aplim Apom. Aplim Apom are two mountains which stand beside each other in the middle of West Papua.Aplim Apom also means Puncak Juliana. Puncak Juliana is the second highest mountain in Indonesia. Pegunungan Bintang means star mountain ( pegunungan = mountain, bintang = star).
North of Aplim Apom is Jayapura City and Sarmi. In the east is Papua New Guinea and Keerom. In the south is Merauke and Boven Digoel. And in the west of Aplim Apom is Yahukimo City.
Star Mountain regency has about 15 districts and many villages there. There only 4 big district; Oksibil, Okbibab, Kiwirok and Batom. There are no big street that correlate to one and others districts. So, if we want to go to others district or village, we have to go on foot and it needs one day and one night or more to get there.
it takes a long time to go to another village or district because of so many hills and to cross many rivers. We get tired but are happy. After a long time on the road, we find many kind everlasting nature. We can see flora and fauna that we have never seen before. We can see many beautiful water falls and we enjoy with the fantastic expanse of nature.

Please come to visit my Village...APLIM APOM